Mata Uang Negara Berkembang Tertekan di
Awal Pekan (27/07/15)
Bursa saham Asia
yang tertekan juga diikuti mata uang negara berkembang di awal pekan ini. Mata
uang negara berkembang ini gagal memanfaatkan keuntungan saat indeks dolar
Amerika Serikat (AS) terkoreksi pada level terendah dalam 12 hari menjelang
pertemuan kebijakan bank sentral AS/The Federal Reserve pada Selasa dan Rabu.
Ringgit Malaysia
sentuh level 3,811 per dolar AS, angka itu terendah dalam 17 tahun dan Rupiah
juga ikut tertekan. Won, mata uang Korea Selatan menyentuh titik terendah tiga
tahun. Demikian mengutip dari laman Reuters, Senin (27/7/2015).
Di Turki, mata
uang lira melemah 0,8 persen terhadap dolar AS. Mata uang ini turun ke level
terendah enam minggu setelah Ankara menyerang kamp pemberontak Kurdi di Irak
untuk malam kedua, berpostensi
mengakhiri proses perdamaian dengan Kurdistan Workers' Party (PKK). Sentimen
politik dinilai menjadi salah satu faktor menekan mata uang Turki.
Selain itu, baru
baru ini, mata uang negara berkembang lainnya seperti Rand, Afrika Selatan dan real Brasil telah jatuh ke posisi
terendah beberapa tahun, karena harga komoditas merosot.
Penurunan harga
minyak menambah kesengsaraan Rusia, rubel melemah hampir satu persen ke posisi
terendah empat bulan terhadap dolar. Penguatan dolar AS juga menekan saham
Rusia.
Di awal pekan
ini, indeks saham China daratan anjlok lebih dari 8 persen. Pelemahan indeks
saham harian terbesar sejak Februari 2007, hal tersebut memicu kembali
kekhawatiran terjadinya kejatuhan pasar dan berpotensi berdampak buruk bagi
aset-aset emerging market.
Indeks MSCI's
emerging market turun 1,8 persen dalam empat sesi terakhir, bursa memerah di
seluruh pasar Asia. Hal itu ada kekhawatiran atas kesehatan ekonomi China, dan
aksi ambil untung. Sebelumnya bursa
saham China sempat rebound selama dua minggu dikarenakan pemerintah turun
tangan menjaga kejatuhan aset Cina.
"Faktor
fundamental mengatur kondisi ekonomi di
China, terutama setelah kami telah melihat beberapa data makro yang
lemah," kata John-Paul Smith, Pendiri perusahaan konsultasi investasi
Ecstrat.
Sumber:http://bisnis.liputan6.com/read/2280555/mata-uang-negara-berkembang-tertekan-di-awal-pekan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar